Membangun Budaya Kerja Dalam Kejaran Waktu

(Tampak para kasi/gara pada kemenag ende sedang mengadakan rapat penyusunan usulan RKAKL 2011)
Fokus perhatian Kantor Kementerian Agama Kabupaten Ende tahun anggaran 2010 adalah upaya membangun budaya kerja. Fokus perhatian ini merupakan kelanjutan dari titik perhatian pada tahun 2009 yaitu Peningkatan Manajemen Kinerja. Pemahaman akan pentingnya membangun budaya kerja ini mengandaikan pemenuhan semua indikator yang perlu ditata secara integralistik serta sinergik. Pemahaman akan budaya kerja ini juga dipandang sebagai jiwa dari setiap kegiatan. Budaya kerja yang terinspirasi oleh ajaran setiap agama akan menjadi daya dorong pelaksanaan serta menyukseskan setiap kegiatan.
Pemahaman akan budaya kerja yang bermutu tentu memiliki kaitan yang erat dengan waktu. Proses pembudayaan, seperti budaya bersih, disiplin dll, berjalan dalam dimensi waktu. Sebaliknya, pemanfaatan waktu secara bertanggungjawab akan membudaya jika dilaksanakan secara rutin, tidak menunda-nunda. Pemaknaan waktu dan budaya kerja ini mengantar kita pada sebuah pemahaman bersama betapa berperanpentingnya waktu bagi kita. Waktu dapat Membuat kita kaya arti, sebaliknya miskin arti. Kemampuan mengolah waktu dengan berbagai kegiatan yang terprogram dapat membuat kita berarti bagi diri, orang lain serta instansi. sebaliknya menghabur-hamburkan waktu dengan bersantai membuat kita tidak berarti bagi diri, orang lain sera instansi kita.
Menghargai waktu adalah sebuah panggilan. Dengan menghargai waktu sesuangguhnya kita juga menghargai hidup kita. Kita hidup dan berada dalam ruang dan waktu yang sangat terbatas. Kenyataan keterbatasan waktu itu menuntut kita untuk selalu berjaga-jaga dalam waktu. Waktu hidup, waktu berkaya kita memang sangat terabtas. Oleh karena itu, kita juga dituntut untuk bekerja cepat, kerja cerdas dan kerja tuntas. Dengan pola kerja yang demikian, otomatis akan membuahkan hasilnya. Kita hanya dituntut untuk menghargai dan mengisi waktu, sedangkan hasil kerja kita diserahkan pada penyelenggaraan Ilahi, akan menjadi apa dan siapakah kita kelak. Ini merupakan dimensi ontologi waktu dari para beriman. Pemahaman waktu ontologi ini tidak sekedar impian atau cita-cita atau visi kita belaka, namun perlu diimplementasikan dalam kinerja kita saat ini. Kalau bukan sekarang, kapan lagi.
Waktu kemarin adalah kenangan atau sejarah. Waktu kemarin adalah proses pendewasaan kita. Waktu kemarin yang terlewati dengan sia-sia adalah sebuah penyesalan. Dalam gerak dan perubahan, pilihan atau keputusan bebas selalu meninggalkan penyesalan. Ada penyesalan yang sejam, sehari, seminggu, sebulan, setahun. Dengan tidak menghiraukan waktu sedetik akan meninggalkan penyesalan bertahun-tahun bagi seorang pengemudi yang mencelakan penumpangnya.
Sebuah ember yang berlobang kecil pada alasnya akan mengosongkan isinya, sama seperti ketika ember itu ditumpahkan dengan sekali tendangan. Waktu hidup kita, waktu kerja kita memang sangat terbatas. Delapan puluh tahun jika kuat, lima puluh delapan tahun aturannya. Andai kita menghamburkan waktu hidup dan waktu kerja kita, maka kita seumpama ember bocor itu. Kita akan mengalami penyesalan panjang karena miskin arti dan tidak berisi apa-apa. Dan ini sama halnya dengan kita mengakhiri hidup kita saat ini.Admin