Balai Diklat Keagamaan Denpasar Selama Sepekan Berpindah Ke Kabupaten Ende

Kepala Balai Diklat Keagamaan Denpasar (Bpk. Drs. H. Syariin, M.Pdi) didampingi Kepala Kantor Kementerian Agama Kab. Ende (Bpk. Drs. Sarman Marselinus) saat pembukaan Kegiatan DDTK di Aula Kantor Kementerian Agama Kab. Ende, Jalan Melati
Selama sepekan, dari tanggal 22 s.d 28 November 2010, berlangsung kegiatan kediklatan oleh Balai Diklat Keagamaan Denpasar di Kabupaten Ende. Kegiatan ini diselenggarakan oleh panitia penyelenggara dan WI dari Balai Diklat Keagamaan Denpasar dengan penanggungjawab umum Bapak Kepala Balai Diklat Keagamaan Denpasar (Bpk. Drs. H. Syari'in, M.Pdi).
Ada tiga kegiatan kediklatan yang diselenggarakan sebagai berikut: Pertama, Diklat Peningkatan Kompetensi MI Pola Program Inpres No. 1 Tahun 2010 dengan jumlah peserta 40 (Empat Puluh) orang kepala MI bertempat di Hotel Safari Ende. Moderator atau pelaksana kediklatan ini adalah Ibu. Dra. Siti Rahma, S. Ipi. Kedua, Diklat Mata Pelajaran Pendidikan Agama Tingkat Sekolah Dasar Berjenjang Sekolah Dasar (SD/SMP). Jumlah peserta diklat masing-masing tingkatan adalah 40 (Empat Puluh) orang dan bertempat di Hotel Dwiputra Ende. Moderator untuk tingkat SD adalah Ibu Ni Made Suntriani, SE sedangkan bagi tingkatan SMP adalah Ibu Ni Wayan Silawati, MM. Ketiga, Diklat di Tempat Kerja (DDTK) Bagi Pengelolah SAI dan Simak BMN Pada Lingkup Kementerian Agama Kabupaten Ende. Peserta diklat ini berjumlah 30 (Tiga Puluh) orang dan bertempat di Aula Kementerian Agama Kabupaten Ende, Jalan Melati. Moderator kediklatan ini adalah Ni Made Suntriani, SE. Semua kegiatan kediklatan ini dipandu langsung oleh para pemateri dari Balai Diklat Keagamaan Denpasar dan beberapa pemateri lokal yang cukup kompeten dibidangnya.

Pada kesempatan pembukaan kegiatan Diklat di Tempat Kerja pada tanggal 22 November 2010 di Aula Kantor Kementerian Agama Kabupaten Ende, Kepala Balai Diklat Keagamaan Denpasar kembali menekankan Pentingnya Pembinaan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia dalam melaksanakan tugas pelayanan kepemerintahan. Sumber daya aparat harus dibina secara terus menerus agar unggul di bidang tugasnya masing-masing. Lebih lanjut, Bapak kepala balai juga menggambarkan kondisi wajar dengan pengecualian yang disandang kementerian agama RI saat ini, dan rencana kondisi wajar tanpa pengecualian oleh kementerian agama RI pada tahun 2011. Ini dimungkinkan jika pembinaan SDM aparat yang sangat memadai dan menguasai bidang tugasnya masing-masing sesuai tuntutan perkembangan dewasa ini. Berkaitan dengan hal ini, selama 3 hari para pengelolah keuangan di lingkungan kementerian agama kabupaten Ende akan dibimbing secara khusus oleh para pemateri yang ahli dibidang pengelolaan SIMAKBMN dan SAK (Bpk. Muh. Rifai Syakuri dan Ibu Ni Luh Sukmawati, SE.)

Perlu digambarkan bahwa Balai Diklat Keagamaan Denpasar adalah sebuah lembaga formal yang membidangi pendidikan dan pelatihan bagi aparat Kementerian Agama. Balai Diklat ini bertempat di Denpasar Bali dan memiliki dua kampus besar di Kabupaten Badung. Sebagai sebuah lembaga pendidikan, Balai Diklat ini memiliki kualitas pengajar dengan berbagai kompetensi dan profesional di bidangnya masing-masing. Balai Diklat Keagamaan Denpasar membawahi tiga Kantor Wilaya Kementerian Agama yaitu Kantor Wilayah Kementerian Agama Propinsi Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur. Lokus Bali sebagai tempat berdirinya Balai Diklat Keagamaan melewati berbagai pertimbangan antara lain; tempat yang strategis, transpotasinya lancar dalam hubungan dengan Jakarta. Pertimbangan lain secara instrinsik adalah kesempatan berdarmawisata.

Sepanjang tahun anggaran, Balai Diklat Keagamaan Denpasar telah berhasil menyelenggara berbagai kegiatan dangan peserta diklat dari tiga propinsi itu. Keberhasilan Balai Diklat Keagamaan Denpasar ini ditunjukan dengan kualitas dan kuantitas out put yang dihasilkan. Dari segi kualitas, out put peserta jebolan Balai Diklat Keagamaan Denpasar tidak dapat diragukan yang ditunjukan oleh keberhasilan penyelenggaraan keperintahan di lingkungan Kementerian Agama di Propinsi Bali, NTB dan NTT. Namun dari segi kuantitas, jumpah peserta yang boleh mengikuti diklat dapat dikatakan masih kurang. Tidak semua jabatan struktural dan fungsional di Kabupaten/Kota di propinsi Bali, NTB dan NTT yang mengikuti kediklatan secara berkesinambungan. Atas pertimbangan ini, sejak kepemimpinan Kepala Balai Diklat Keagamaan Denpasar (Bpk. Drs. H. Syari'in, M.Pdi) dicanangkan untuk melakukan diklat di daerah-daerah. Ini dilaksanakan guna meningkatkan jumlah peserta yang akan terlibat dalam kegiatan kediklatan.

Kegiatan Pembinaan Pasraman Tingkat Kementerian Agama Kabupaten Ende


Siswa-siswi Pasraman & Para Pendamping Bergambar Bersama Bpk. Kepala Kantor Kementerian Agama Kab. Ende, pada pembukaan kegiatan, Minggu 14 November 2010 di Aula Kantor Kementerian Agama Kab. Ende, Jalan Melati
Minggu, 14 November 2010 di Aula Kantor Kementerian Agama Kabupaten Ende berlangsung kegiatan Pembinaan Pendidikan Agama Dan Keagamaan Hindu. Peserta pertemuan terdiri dari siswa-siswi pasraman atau sekolah minggu bersama para pendamping. “Ini merupakan perjumpaan perdana dengan umat Hindu Kabupaten Ende” Kata Bapak Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Ende disela arahannya. Dalam arahan Bpk. Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Ende (Bpk. Drs. Sarman Marselinus) kembali menekankan pentingnya pembinaan dan pendampingan iman dan moral bagi anak-anak usia sekolah sebagai generasi penerus bangsa.


Lebih lanjut ditegaskan Bpk. Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Ende bahwa, salah satu program utama kepemerintahan Indonesia saat ini adalah upaya peningkatan sumber daya manusia. Daya dukung utama terhadap program ini adalah pendidikan formal dan non formal dalam berbagai jenis dan spesifikasi ilmu pengetahuan. Dalam konteks mencerdaskan kehidupan bangsa yang berke-Tuhan-an Yang Maha Esa ini, pendidikan agama dan keagamaan memiliki peran strategis guna menanamkan nilai-nilai moral keagamaan kepada peserta didik sekaligus sebagai dasar pengembangan ilmu pengetahuan lainnya.

Patut disadari bahwa persoalan sosial yang terjadi dan mencederai kerukunan dan persaudaraan antar pemeluk agama yang merusak persatuan dan kesatuan bangsa juga disebabkan oleh keterbatasan pemahaman agama yang juga diakibatkan oleh keterbatasan pendidikan agama dan pemahaman wawasan kebangsaan yang seharusnya telah ditanamkan sejak dini pada peserta didik atau siswa-siswi. Atas latar belakang pemahaman ini, kepada setiap siswa-siswi harus dibekali dengan pengetahuan agama dan keagamaan yang memadai sebagai dasar dalam pertemuan dan perjumpaan dengan masyarakat dari agama dan kepercayaan yang berbeda. Namun pandangan ini justru menjadi kendala utama bagi siswa-siswi beragama Hindu yang tersebar di setiap sekolah formal di Kabupaten Ende, dimana sebagian besar siswa-siswi tidak dapat mengikuti pendidikan agama Hindu secara memadai.

Dalam kaitan dengan hal tersebut diatas, Kantor Kementerian Agama Kabupaten Ende sesuai tugas dan fungsinya sebagai penjabaran visi misi bersama yang dicanangkan oleh Kantor Wilayah Kementerian Agama Propinsi NTT tahun 2006-2010 yaitu : “terciptanya masyarakat agamis, cerdas dan rukun mengharum”dalam visi : Peningkatan Pendidikan Agama & Keagamaan serta Kerukunan Umat Beragama dipandang penting untuk menyelenggarakan kegiatan Pembinaan Pendidikan Agama dan Keagamaan Hindu Bagi Siswa-Siswi Pasraman Tingkat Kementerian Agama Kabupaten Ende Tahun 2010.

Pembinaan Anak dan Remaja Harus Holistik dan Kreatif

Para Pendamping Sekami dan Pendamping Remaja Gereja-Gereja Kristen Kab.Ende Bergambar Bersama Bpk. Kepala Kantor Kementerian Agama Kab. Ende (Bpk Drs. Sarman Marselinus), Kepala Sub Bagian Tata Usaha (Bpk. Yosef Nganggo, S. Ag) dan Peny. Bimas Kristen (Bpk. Soleman Baun, S. Pd) usai pembukaan kegiatan, Sabtu 06 November 2010 di Aula Pondok Bina Ola Ngari, Jalan Melati Ende
Selama tiga hari 06 s/d 08 November 2010 di Pondok Bina Ola Ngari Ende berlangsung kegiatan Orientasi Pendidikan Anak dan Remaja Gereja-Gereja Kristen Kabupaten Ende. Kegiatan ini dihadiri oleh 40 (Empat Puluh) peserta para guru atau pendamping Sekolah Minggu (Sekami) dan Pendamping Remaja. Dalam kegiatan yang strategis ini, para pendamping sekami dan pendamping remaja dibekali dengan berbagai pengetahuan dan keterampilan oleh para pemateri dengan berbagai keahlian dalam hal pendampingan anak-anak dan remaja.


Sebagai simpul dari seluruh rangkaian kegiatan ini, Kepala kantor Kementerian Agama Kabupaten Ende (Drs. Sarman Marselinus), dalam kesempatan arahan membuka kegiatan, tanggal 06 November 2010 menegaskan : “Pembinaan Anak dan Remaja Harus Holistik dan Kreatif”. Pembinaan yang holistik adalah pembinaan yang menyentuh seluruh aspek hidup anak-anak dan remaja (Fisik, Psikis, Moralitas, Intelektual, Spiritual) seluruh aspek ini penting dan harus diperhatikan keseimbangan dalam pendekatan kepada anak-anak dan remaja. Kemampuan para guru atau pendamping dalam mengintegrasikan seluruh aspek hidup anak-anak dan remaja ini adalah kata lain dari pembinaan yang holistik.

Berkaitan dengan pembinaan yang holistik ini, para guru hendaknya memiliki pengetahuan yang memadai tentang perkembangan fisik anak dan remaja (Pola makan, Istirahat dan olah raga). Selain itu, para guru juga hendaknya memahami perkembangan emosi atau afeksi anak dan remaja (apa mereka merasa disakiti, kesendirian, terluka, senang dll). Perkembangan diri anak-anak dan remaja juga harus diarahkan pada pemahaman akan yang baik dan tidak baik, yang benar atau salah. Mereka hendaknya memiliki kepekaan moral dalam kehidupan bersama dengan orang lain disekitar mereka. Kemampuan intelektual mereka juga harus terus diasah dan tetap memperhatikan kemampuan spiritualitas mereka.

Pembinaan anak dan remaja yang holistik ini menjadi arah pembinaan anak dan remaja dewasa ini. Ini penting diperhatikan mengingat, kenyataan pola pendekatan para guru agama (pendamping sekami dan remaja) dewasa ini hanya berkutat pada pemenuhan kebutuhan rohani atau spiritual anak-anak dan remaja. Pada saat ini, banyak sekolah minggu yang hanya berpikir tugasnya adalah membina anak untuk soa-soal rohani (dalam arti sempit), misalnya bercerita tentang Tuhan Yesus dalam ajaran Alkitab, mengajarkan cerita Alkitab dan menghafal ayat-ayat tertentu, mendorong anak untuk berdoa dll. Jadi Pembinaan rohani seolah-olah hanya itu-itu saja. Padahal seluruh aspek hidup anak membutuhkan kehadiran Tuhan Yesus

Pengetahuan keagamaan (Belajar alkitab, ajaran gereja dll) memang penting sebagai dasar iman, namun pengetahuan keagamaan itu hendaknya menjadi penerang dalam pengembangan aspek hidup lainnya. Pengetahuan keagamaan menuntun perkembangan moralitas dan budi pakerti anak-anak dan remaja. Pola tingkah anak-anak yang diterangi oleh ajaran iman akan terpancar dalam pola tindak yang baik, sopan santun dalam pergaulan, menghargai orang yang lebih tua dll. Penetahuan akan moralitas ini akan mencerminkan kemampuan intelektual anak yang baik. Kemampuan intelektual akan terpancar dalam pelaksanaan kegiatan yang cepat, tepat dan tuntas. Pelaksanaan kegiatan yang demikian akan menghasilkan kepribadian yang baik dan bertanggungjawab.

Hasil dari pendidikan yang holistik ini menciptakan anak dan remaja yang tidak indifidualis, tidak materialis, kritis terhadap berbagai pengaruh yang datang dari luar diri mereka. Pembinaan yang holistik juga menciptakan anak-anak dan remaja yang sungguh menjadi alter kristus. Dalam pola pembinaan yang holistik ini, para guru hendaknya tetap mempertimbangkan kekhasan bakat, talenta dan kemampuan anak dan remaja. Ini menuntut kreatifitas. Metode pembinaan yang aktif kreatif ini tetap berpusat pada anak. Anak diarahkan untuk terlibat aktif dalam menyampaikan pendapat dan bersuara, menceritakan pengalaman dll.

Ilmu tanpa agama ibarat memberi pedang di tangan pemabuk.

Kepala Kantor Kementerian Agama Kab.Ende bergambar bersama peserta kegiatan orientasi lintas agama tingkat kementerian agama kab.Ende Tahun 2010
Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Ende (Drs. Sarman Marselinus) ketika membuka kegiatan Orientasi Lintas Agama Bagi Guru Agama Tingkat Kementerian Agama Kabupaten Ende pada hari Jumat 29 Oktober 2010 di Aula Pondok Bina Ola Ngari Ende, mengatakan : Ilmu tanpa agama ibarat memberikan pedang di tangan pemabuk.
Hal ini disampaikan kepada 30 (Tiga Puluh) orang guru agama yang terdiri dari : guru pendidikan agama Islam 15 orang, guru pendidikan agama Katolik 10 orang dan guru pendidikan agama Kristen 5 orang. Drs. Sarman Marselinus juga menggambarkan bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini dari hard ware hingga soft ware merupakan tanda peradaban manusia yang patut mendapat apresiasi sesuai zamannya. Atas dasar interese ini banyak orang memilih untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai jawaban atas tantangan peradaban dunia dewasa ini. Namun sebagai guru agama dan para pihak yang membidangi agama, realitas ini justru menyajikan tantangannya sendiri. Dampak negative kemajua ilmu pengetahuan dan teknologi yang menafikan nilai-nilai moral keagamaan ibaratnya pedang di tangan pemabuk. Pengembangan ilmu pengeahuan dan teknologi yang tidak dibarengi nilai-nilai moral keagamaan akan kehilangan esensi dan arahnya. Dalam konteks inilah agama menjadi sangat penting dan urgen diposisikan menjadi landasan ilmu pendidikan.
Ilmu pengetahuan yang berlandaskan agama mengandung makna bahwa agama menjadi sumber inspirasi untuk menyusun ilmu atau konsep-konsep pendidikan dan praktek-praktek pendidikan. Dalam fungsinya sebagai salah satu landasan pendidikan, agama memiliki tiga peran, yaitu1) Giving Capital, yaitu agama berperan memberikan modal dasar agar ilmu pendidikan dan penyelenggaraan pendidikan dapat berlangsung sesuai dengan fitrah keberagamaan manusia sebagai subyek pendidikan. 2) Directing, yaitu agama berperan memberikan arah dan menuntun kearah mana menyelenggarakan pendidikan di masyarakat diarahkan. 3) Framing, yaitu agama berperan memberikan rambu-rambu dan garis-garis besar agar penyelenggaraan pendidikan di masyarakat tidak menyimpang dari nilai-nilai yang diidealkan.
Kegiatan orientasi yang melibatkan peserta guru agama dari berbagai agama ini, selain sebagai jawaban atas visi misi bersama kantor wilayah kementerian agama propinsi NTT tentang peningkatan pendidikan agama dan keagamaan, peningkatan jejaringan kerja serta kerukunan umat beragama, juga merupakan ajang menyamakan persepsi dan menumbuhkan kesadaran bersama tentang pentingnya nilai-nilai moral keagamaan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Ini memiliki keterkaitan erat dengan peran dan fungsi agama nasional yaitu mengembangkan kemampuan, membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggungjawab (UU Sisdiknas 2003, pasal 3).