Pertemuan Tomas Katolik Lokal Prop. NTT di Ende

Tampak sebagian peserta pertemuan tokoh masyarakat lokal propinsi NTT, panitia dan narasumber berpose bersama Sekretaris Ditjen Bimas Katolik RI, Bpk. Anton Semara Duran.

Pertemuan Para Tokoh Masyarakat Katolik Lokal Propinsi NTT ini diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Bimas Katolik, Kementerian Agama R.I., cq. Direktorat Urusan Agama Katolik R.I. Ini merupakan kerja sama antar panitia dari Jakarta dengan panitia lokal Kementerian Agama Kab. Ende, cq. Seksi Urusan Agama Katolik. Ketua Panitianya adalah Kasubdit Lembaga Agama Katolik, dan yang menjadi anggota adalah Bpk. Edison, Bpk. Arnold Yansen, Ibu Endang, Bpk. Benyamin Ndaeng, dan Bpk. John Seja.

Peserta pertemuan adalah tokoh masyarakat Katolik sedaratan Flores dan Lembata yang nota bene adalah anggota dan pengurus Komisi Kerasulan Awam/Kerawam dari Keuskupan Agung Ende, Keuskupan Ruteng dan Keuskupan Larantuka, berjumlah 40 orang, di dalamnya terdapat unsur pastor, diakon, guru, dosen, pimpinan instansi pemerintah, anggota DPRD, aktivis LSM, aktivis perempuan, pengurus parpol, karyawan keuskupan, pimpinan masyarakat adat, dan pegawai negeri sipil.

Kegiatan ini berlangsung selama 4 hari yakni dari Senin, 21 Juni hingga Kamis, 24 Juni 2010 bertempat di Grand Wisata Hotel, Jalan Kelimutu Ende. Selama kegiatan berlangsung seluruh peserta diasramakan dengan fasilitas standard sekelas hotel berbintang 3. Tentu saja selain karena kegiatan ini bersumber dari DIPA Eselon 1, juga lebih karena diharapkan dalam suasana yang kondusif dan akomodatif akan terlahir kontribusi pikiran positif demi terwujudnya kehidupan beragama Katolik yang otentik dan selaras jaman di NTT. Tema pertemuan ini adalah membangun kerukunan hidup, dan subtemanya adalah DENGAN PERTEMUAN TOKOH MASYARAKAT KATOLIK, KITA TINGKATKAN PERAN SEBAGAI GARAM DAN TERANG DUNIA.

Kegiatan ini dibuka oleh Sekretaris Ditjen Bimas Katolik R.I., Bpk. Antonius Semara Duran. Dalam kesempatan ini beliau menekankan ikhtiar segenap tokoh masyarakat Katolik untuk berkomitmen menjaga kerukunan hidup melalui dialog kehidupan, dialog karya hingga kepada dialog iman. Narasumber pertemuan tokoh masyarakat Katolik ini berasal dari Keuskupan Agung Ende yakni Bpk. Yosef Nganggo, S.Ag (Ketua Komisi Kerasulan Awam) membawakan materi tentang Peranan Awam Dalam Tata Dunia; Rm. Dr. Dominikus Nong, Pr (Ketua STIPAR Ende) membawakan materi tentang Etika Politik Kristiani; Rm. Fery Deidhae, MA, Pr ((direktur Litbang Keuskupan Agung Ende) membawakan materi tentang Kehidupan Sosial Politik; dan terakhir Rm. Remigius Misa, MA, Pr membawakan materi tentang Spiritualitas Kaum Awam.

Romo Remi dengan bagus berhasil menguatkan kembali niat baik para tokoh masyarakat Katolik dengan spiritualitas Kristiani untuk tetap menjadi garam dan terang bagi dunia yang semakin sekular ini melalui ceritera klasik tentang seorang kakek, cucunya dan seekor keledai kecil. Alkisah, seorang kakek dan seorang cucu baru saja membeli seeokor keledai. Dalam perjalanan pulang, si cucu menaiki keledai tersebut dan si kakek yang menarik keledai. Melihat itu, beberapa orang di jalan memberikan komentar, “cucu tidak tau diri, masa kakek tua di suruh menarik keledai”. Mendengar itu, maka si cucu turun dari keledai dan si kakek yang menaiki keledai dan mereka kemudian melanjutkan perjalanan mereka. Dalam perjalanan, orang-orang mulai mengomentari mereka lagi, “kakek tidak tau diri, masa cucu yang masih kecil disuruh menarik keledai.” Bingung, mereka berdua memutuskan untuk menaiki keledai. Akan tetapi kemudian mereka dikomentari lagi, “wah, kakek dan cucu tidak tau diri, keledai satu dinaiki dua orang.” Mendengar itu, mereka akhirnya turun dari keledai itu dan memutuskan untuk memikul keledai itu. Melihat kakek dan cucu memikul keledai, orang-orang ramai mengomentari, “Wah bodoh sekali kakek dan cucu itu! masa keledai dipikul?.” Akhirnya kakek dan cucu itu benar-benar bingung dan meninggalkan keledai itu di tengah jalan dan pulang tanpa keledai yang baru mereka beli tersebut. Inti dari kisah ini adalah jangan pernah takut bertindak walaupun akan selalu dikritik orang lain, di mana pun, apa pun dan sampai kapan pun kritik akan selalu ada, ibarat salib selalu ada dalam hidup, ke mana pun Anda pergi, salib mengikuti seperti bayangan Anda, jadi jangan takut salib, hadapi saja karena sesungguhnya Tuhan bersama selalu hingga akhir jaman.

Hari terakhir, peserta membahas berbagai permasalahan aktual kemasyarakatan lokal guna menghasilkan rekomendasi dan rekomendasi tersebut telah ditandatangani dan diserahkan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Pertemuan yang strategis ini ditutup oleh Direktur Urusan Agama Katolik, Kementerian Agama R.I., Bpk. F. X. Suharno. Dalam arahannya beliau yang adalah putra Jawa, seorang Katolik yang berada di antara mayoritas Muslim, mengingatkan segenap tokoh masyarakat katolik di NTT yang mayoritas beragama Katolik untuk selalu waspada, jangan terlena dan terbuai oleh euphoria mayoritas, karena sesungguhnya prinsip yang berlaku di jaman sekarang ini adalah SIAPA CEPAT, DIA YANG MENANG, karena itu jangan berhenti memperkaya diri agar selalu menang dalam perlombaan ini, seperti ditegaskan oleh rasul Paulus, atau dalam bahasa IT, selalu berjuang meng-up date diri.--(admin)