Ilmu tanpa agama ibarat memberi pedang di tangan pemabuk.

Kepala Kantor Kementerian Agama Kab.Ende bergambar bersama peserta kegiatan orientasi lintas agama tingkat kementerian agama kab.Ende Tahun 2010
Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Ende (Drs. Sarman Marselinus) ketika membuka kegiatan Orientasi Lintas Agama Bagi Guru Agama Tingkat Kementerian Agama Kabupaten Ende pada hari Jumat 29 Oktober 2010 di Aula Pondok Bina Ola Ngari Ende, mengatakan : Ilmu tanpa agama ibarat memberikan pedang di tangan pemabuk.
Hal ini disampaikan kepada 30 (Tiga Puluh) orang guru agama yang terdiri dari : guru pendidikan agama Islam 15 orang, guru pendidikan agama Katolik 10 orang dan guru pendidikan agama Kristen 5 orang. Drs. Sarman Marselinus juga menggambarkan bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini dari hard ware hingga soft ware merupakan tanda peradaban manusia yang patut mendapat apresiasi sesuai zamannya. Atas dasar interese ini banyak orang memilih untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai jawaban atas tantangan peradaban dunia dewasa ini. Namun sebagai guru agama dan para pihak yang membidangi agama, realitas ini justru menyajikan tantangannya sendiri. Dampak negative kemajua ilmu pengetahuan dan teknologi yang menafikan nilai-nilai moral keagamaan ibaratnya pedang di tangan pemabuk. Pengembangan ilmu pengeahuan dan teknologi yang tidak dibarengi nilai-nilai moral keagamaan akan kehilangan esensi dan arahnya. Dalam konteks inilah agama menjadi sangat penting dan urgen diposisikan menjadi landasan ilmu pendidikan.
Ilmu pengetahuan yang berlandaskan agama mengandung makna bahwa agama menjadi sumber inspirasi untuk menyusun ilmu atau konsep-konsep pendidikan dan praktek-praktek pendidikan. Dalam fungsinya sebagai salah satu landasan pendidikan, agama memiliki tiga peran, yaitu1) Giving Capital, yaitu agama berperan memberikan modal dasar agar ilmu pendidikan dan penyelenggaraan pendidikan dapat berlangsung sesuai dengan fitrah keberagamaan manusia sebagai subyek pendidikan. 2) Directing, yaitu agama berperan memberikan arah dan menuntun kearah mana menyelenggarakan pendidikan di masyarakat diarahkan. 3) Framing, yaitu agama berperan memberikan rambu-rambu dan garis-garis besar agar penyelenggaraan pendidikan di masyarakat tidak menyimpang dari nilai-nilai yang diidealkan.
Kegiatan orientasi yang melibatkan peserta guru agama dari berbagai agama ini, selain sebagai jawaban atas visi misi bersama kantor wilayah kementerian agama propinsi NTT tentang peningkatan pendidikan agama dan keagamaan, peningkatan jejaringan kerja serta kerukunan umat beragama, juga merupakan ajang menyamakan persepsi dan menumbuhkan kesadaran bersama tentang pentingnya nilai-nilai moral keagamaan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Ini memiliki keterkaitan erat dengan peran dan fungsi agama nasional yaitu mengembangkan kemampuan, membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggungjawab (UU Sisdiknas 2003, pasal 3).