Pembinaan Anak dan Remaja Harus Holistik dan Kreatif

Para Pendamping Sekami dan Pendamping Remaja Gereja-Gereja Kristen Kab.Ende Bergambar Bersama Bpk. Kepala Kantor Kementerian Agama Kab. Ende (Bpk Drs. Sarman Marselinus), Kepala Sub Bagian Tata Usaha (Bpk. Yosef Nganggo, S. Ag) dan Peny. Bimas Kristen (Bpk. Soleman Baun, S. Pd) usai pembukaan kegiatan, Sabtu 06 November 2010 di Aula Pondok Bina Ola Ngari, Jalan Melati Ende
Selama tiga hari 06 s/d 08 November 2010 di Pondok Bina Ola Ngari Ende berlangsung kegiatan Orientasi Pendidikan Anak dan Remaja Gereja-Gereja Kristen Kabupaten Ende. Kegiatan ini dihadiri oleh 40 (Empat Puluh) peserta para guru atau pendamping Sekolah Minggu (Sekami) dan Pendamping Remaja. Dalam kegiatan yang strategis ini, para pendamping sekami dan pendamping remaja dibekali dengan berbagai pengetahuan dan keterampilan oleh para pemateri dengan berbagai keahlian dalam hal pendampingan anak-anak dan remaja.


Sebagai simpul dari seluruh rangkaian kegiatan ini, Kepala kantor Kementerian Agama Kabupaten Ende (Drs. Sarman Marselinus), dalam kesempatan arahan membuka kegiatan, tanggal 06 November 2010 menegaskan : “Pembinaan Anak dan Remaja Harus Holistik dan Kreatif”. Pembinaan yang holistik adalah pembinaan yang menyentuh seluruh aspek hidup anak-anak dan remaja (Fisik, Psikis, Moralitas, Intelektual, Spiritual) seluruh aspek ini penting dan harus diperhatikan keseimbangan dalam pendekatan kepada anak-anak dan remaja. Kemampuan para guru atau pendamping dalam mengintegrasikan seluruh aspek hidup anak-anak dan remaja ini adalah kata lain dari pembinaan yang holistik.

Berkaitan dengan pembinaan yang holistik ini, para guru hendaknya memiliki pengetahuan yang memadai tentang perkembangan fisik anak dan remaja (Pola makan, Istirahat dan olah raga). Selain itu, para guru juga hendaknya memahami perkembangan emosi atau afeksi anak dan remaja (apa mereka merasa disakiti, kesendirian, terluka, senang dll). Perkembangan diri anak-anak dan remaja juga harus diarahkan pada pemahaman akan yang baik dan tidak baik, yang benar atau salah. Mereka hendaknya memiliki kepekaan moral dalam kehidupan bersama dengan orang lain disekitar mereka. Kemampuan intelektual mereka juga harus terus diasah dan tetap memperhatikan kemampuan spiritualitas mereka.

Pembinaan anak dan remaja yang holistik ini menjadi arah pembinaan anak dan remaja dewasa ini. Ini penting diperhatikan mengingat, kenyataan pola pendekatan para guru agama (pendamping sekami dan remaja) dewasa ini hanya berkutat pada pemenuhan kebutuhan rohani atau spiritual anak-anak dan remaja. Pada saat ini, banyak sekolah minggu yang hanya berpikir tugasnya adalah membina anak untuk soa-soal rohani (dalam arti sempit), misalnya bercerita tentang Tuhan Yesus dalam ajaran Alkitab, mengajarkan cerita Alkitab dan menghafal ayat-ayat tertentu, mendorong anak untuk berdoa dll. Jadi Pembinaan rohani seolah-olah hanya itu-itu saja. Padahal seluruh aspek hidup anak membutuhkan kehadiran Tuhan Yesus

Pengetahuan keagamaan (Belajar alkitab, ajaran gereja dll) memang penting sebagai dasar iman, namun pengetahuan keagamaan itu hendaknya menjadi penerang dalam pengembangan aspek hidup lainnya. Pengetahuan keagamaan menuntun perkembangan moralitas dan budi pakerti anak-anak dan remaja. Pola tingkah anak-anak yang diterangi oleh ajaran iman akan terpancar dalam pola tindak yang baik, sopan santun dalam pergaulan, menghargai orang yang lebih tua dll. Penetahuan akan moralitas ini akan mencerminkan kemampuan intelektual anak yang baik. Kemampuan intelektual akan terpancar dalam pelaksanaan kegiatan yang cepat, tepat dan tuntas. Pelaksanaan kegiatan yang demikian akan menghasilkan kepribadian yang baik dan bertanggungjawab.

Hasil dari pendidikan yang holistik ini menciptakan anak dan remaja yang tidak indifidualis, tidak materialis, kritis terhadap berbagai pengaruh yang datang dari luar diri mereka. Pembinaan yang holistik juga menciptakan anak-anak dan remaja yang sungguh menjadi alter kristus. Dalam pola pembinaan yang holistik ini, para guru hendaknya tetap mempertimbangkan kekhasan bakat, talenta dan kemampuan anak dan remaja. Ini menuntut kreatifitas. Metode pembinaan yang aktif kreatif ini tetap berpusat pada anak. Anak diarahkan untuk terlibat aktif dalam menyampaikan pendapat dan bersuara, menceritakan pengalaman dll.